Kau
akan duduk lalu memesan secangkir kopi dengan tambahan sedikit gula. Dengan
khidmat kau mengaduk kopimu dan akan mulai menghirup aroma harum yang menguar
pada ruang yang sedikit lengang itu.
Kau
memang selalu memilih berkunjung ke kedai itu pada jam-jam sunyi. Dimana dalam
ruang berukuran enam kali tiga meter itu kau bebas berlama-lama tanpa banyak
dihinggapi kegaduhan bising suara-suara. Lalu kau akan selalu menatap keluar
melalui bingkai jendela yang lapuk itu. Barangkali kau sibuk menghitung
bulir-bulir hujan yang jatuh menyentuh tanah. Atau juga ingatan mu sedang
melayang menyusuri bukit-bukit hijau di selatan dengan desau angin yang selalu
basah di antara lambai pepucuk akasia yang seolah-olah mengajakmu menyusuri
lembab lumut-lumut hijau yang banyak tumbuh di lantai hutan.
Selalu
seperti itu. Desember bagimu adalah sesuatu yang teduh, sejuk, sekaligus murung
karena langit akan senantiasa mengunjungimu, untuk kemudian membawa ingatanmu
dan mengasingkanmu di antara perjalanan-perjalanan sunyimu.
Jogjakarta, 3
Desember 2016