WHAT'S NEW?
Loading...

Desember: Sebuah Teduh dan Perjalanan Sunyi  

~Sigit Pamungkas ~

Barangkali takdir memang telah mengekalkan hujan, basah, dan Desember sebagai sesuatu yang harus dinikmati. Pada bangku ke duabelas di kedai itu kau sering meresapi lembab Desember sebagai teman setia menikmati hari.

Kau akan duduk lalu memesan secangkir kopi dengan tambahan sedikit gula. Dengan khidmat kau mengaduk kopimu dan akan mulai menghirup aroma harum yang menguar pada ruang yang sedikit lengang itu.

Kau memang selalu memilih berkunjung ke kedai itu pada jam-jam sunyi. Dimana dalam ruang berukuran enam kali tiga meter itu kau bebas berlama-lama tanpa banyak dihinggapi kegaduhan bising suara-suara. Lalu kau akan selalu menatap keluar melalui bingkai jendela yang lapuk itu. Barangkali kau sibuk menghitung bulir-bulir hujan yang jatuh menyentuh tanah. Atau juga ingatan mu sedang melayang menyusuri bukit-bukit hijau di selatan dengan desau angin yang selalu basah di antara lambai pepucuk akasia yang seolah-olah mengajakmu menyusuri lembab lumut-lumut hijau yang banyak tumbuh di lantai hutan.

Selalu seperti itu. Desember bagimu adalah sesuatu yang teduh, sejuk, sekaligus murung karena langit akan senantiasa mengunjungimu, untuk kemudian membawa ingatanmu dan mengasingkanmu di antara perjalanan-perjalanan sunyimu.

Jogjakarta, 3 Desember 2016