WHAT'S NEW?
Loading...

sajak twitter-2


Musim meniupkan deru angin barat, dan pagi mengetukjendela dengan rindu yang kian sarat
#

Gerit daun pintu bambu,pondok tua yang berdebu itu--ah, betapa kenangan masih saja bermain-main di ingatanku
#
Gerisik daun bambu,bulan di sela awan kelabu; betapa senja seakan irama luka yang keluar dari bilik kenangan purba
#
Ingin kubaca gurat-gurat makna pada matamu yang senja, masihkah di sana bisa kutemu jejak rinduku yang dulu?
#
Kelak, raga kita akan merapuh seiring usia, namun kenangan akan tetap bergema seperti suara genta di hening semesta
#
Sepi itu, ketika langit senja tiba-tiba menumpahkan butir-butir kenangan dan kita saling diam berpisah jalan
#
Cerlang matamu, pendar cahaya lampu itu, penunjuk jalan biduk ku, mengarung samudera biru; hatimu
#
Ada helai gugur daun mahoni melayang di gigir pagi, mungkin itu kenangan rapuh yang semalam tak sempat kusinggahi
#
Senja kelabu tua, saat kita berlarian di bawah mega tanpa langit jingga, menepikan luka-luka
#
Bejana rindu telah retak,kini kita mencoba menepis jarak,didera waktu yang terus berdetak
#
Di remang kabut, pagi lamat-lamat menguak langit dengan kilau cahaya;menghangatkan semesta dengan cara yang bersahaja
#
Hujan merinai bagai tirai kenangan yang melambai diembus angin; sepotong bulan menangisi kuncup kamboja yang luruh lunglai
#
Di jenggala waktu,kenangan kian dalam menghunjamkan luka; tak juausai sepi memahat tangis dipelataran rumah duka
#
Di balik tirai yang rahasia, malam menggumamkan sebait doa, dan di atas sana langit mengamininya
#
Gerimis turun di sela daun-daun randu, saat di tikungan itu kita saling melambaikan tangan, dan perpisahan menjadi sebuah kisah tanpa kata
#
Jika senja adalah lenganmu betapa ingin aku lesap dalam dekapmu, endapkan segala lelah jiwaku
#
Dan senja tak pernah usai mempuisikan kenangan luka, kelak dia akan kembali dengan luka yang berbeda;mungkin saja
#
Senja jatuh di gigir bukit membawa sekeping sunyi;sepasang kunang-kunang menyematkan cahaya di rerimbun bambu;cahaya rindumu
#
Hujan siang ini menempiaskan rindu di berandaku... Kenangan tiba-tiba saja bertandang membawa payung hitam
#
Angin barat meliukkan rerimbun daun kenari, dan ini kesekian kali aku menunggumu di dermaga tua, memintal luka-luka
#
Rerimbun akasia di tepi telaga, menyajakkan kepedihan luka sang pengelana; betapa cinta tak dapat diterka
#
Aku mengadukan luka pada langit, betapa setiap detik kehilanganmu adalah sesuatu yang ambigu
#
Seperti dedahan itu, kelak kita pun akan patah dan rapuh, kembali menyatu dengan tanah
#
Sesamar nebula yang mengambang di luas jumantara, cinta menaungi kita, tak teraba di sisi hati yang entah, namun kita percaya; dia ada
#

Biarkan saja cinta mengembara menemukan rumahnya, dia tidak buta. Hanya saja belum tiba waktunya dia berdiam di sana
#
Lalu tangis mu lesap di jenggala waktu, menumbuhkan sulur-sulur luka yang kian lekap memelukku
#
Musim menggugurkan dahan kenangan, dan hujan menghanyutkannya bersama luka, menyambangi sepi yang masih berdiam diri

Ini tentang sepi. Sebaitpuisi duduk menjala mimpi pada suatu senja, ketika langit berkubang air mata
#
Kecipak embun yang jatuh di tenang telaga, adalah detak rinduku yang kusuarakan lewat bahasa kalbu
#
Malam kian merimbunkan sunyi yang menjalar di langit-langit kenangan, sebab hujan demikian riuh melafalkan bait-bait doa pengharapan
#
Kita bersua pada suatu ketika, dalam diam yang kita cipta di arena yang penuh luka
#
Tak perlu kita hamburkan kata, karena dalam diam pun cinta mampu bersuara
#
Dalam diam kusesap sepi hingga letih ini melautkan mimpi
#
Ada gigil kesunyian saat hujan mendentingkan nyanyian luka,dan angin gunung menggiring sepi menuju peraduan abadi
#
Rindu kita mungkin hanya sandiwara sekedar untuk menyamarkan kecewa ; penantian yang dusta
#
Tentang perempuan bermata rembulan itu, di mana embun meneteskan teduhnya di rekah bungabunga rosela
#
Segala tentang pagi adalah langit yang tak henti mengumandangkan suarasuara yang begitu harmoni, juga mimpi yang bergegas pergi
#
Embun menetes dari sulur-sulur kenangan, mengalirkan rindu memenuhi segenap ingatan
#
Di sebuah pagi pada suatu hari, embun akan mengabarkan padamu tentang harap yang kau sampaikan pada langit
#
Di ambang subuh embun mengetuk pintu langit, menyampaikan doa yang kutitipkan kepadanya; aku percaya Tuhan ada di sana
#
Di suatu tempat yang tak bernama, di sanalah kembara langkah memapah gundah untuk istirah; melelapkan lelah
#
Nun, di kedalaman sunyi, rindu berlarian menyusur tepi perigi menuju entah; mungkin hatimu yang tak terjamah
#
Dan, dahan-dahan kayu rapuh memamah sepi dengan derak yang gaduh, patah menderaikan angkuh
#
Kubaitkan puisi sepi di hening subuh, ketika letih ini memaksa aku untuk bersimpuh
#
Ada suaramu yang menggema di ingatanku, dan aku lupa cara untuk melupakanmu
#
Kita terlalu sering menjamu malam dengan sekotak kenangan, hingga letih memenuh angan
#
Kutemukan secarik kenangan di ujung jalan itu, mungkin kamu telah menghanyutkannya bersama hujan senja tadi
#
Hujan menetes riuh di atas bunga-bunga bakung, tempat di mana kita saling menambatkan rindu yang demikian agung
#
Beratap rumbia, itu rumah kita. Tempat rindu kita beranak pinak, begitu marak
#
Ketika senja begitu muram, langit menjatuhkan selembar puisi tentang hujan, dan angin berkejaran di tepian laguna
#
Kenangan, hanyalahsebentuk ingatan yang berdiamlama di samudra kegalauan
#
Singgahlah di berandaku, mari kita nikmati hidangan rindu, dan secangkir pahit kenangan lalu. Mau?
#
Di sisi gelap hatimu, ijinkan aku menjadi cahaya itu, cahaya rindu
#
Gurat cahaya, kilau embun di bening mata, engkaulah pagi yang senantiasa melangitkan doa; hamba yang bersahaja
Bersimbah doa, seraut wajah menitipkan rindu pada angin; berharap kesedihannya larut bersama tetes embun di pucuk daun beringin

#
Dari sebuah pagi di musim yang entah, kenangan masih saja memantulkan gema nyanyian purba; tak jua lelah
#
Dari musim yang begitu renta, kita bisa belajar tentang setia
#
Nanti pada saatnya, kenangan akan menuntunmu menjelajah sekat sepiku, dan aku akan tetap menunggu;kehadiranmu
#
Dan di dingin malam,kesunyian adalah sahabat hatiyang tercampakkan; sebuahlukisan kesedihan
#
Ada kenangan yang begitu meruah ketika malam mendentingkan desir kesunyiannya--getir yg gundah
#
Mungkin waktu adalah sebuah kisaran rindu, di mana bagi hatimu, hujan adalah bias kenangan yang mencahayakan cinta itu
#
Angin melangitkan selembar kerinduan, dan hujan mengubahnya menjadi titik-titik kenangan di lembah-lembah kesunyian
#
Lalu hujan menderaskan sebait puisi bersama awan-awan kelabu tua yang berarakan di langit kenangan
di langit siang yg begini lengang, bayangmu pun enggan mengambang, mungkin harus kudendangkan sebuahtembang?
#
Ada sisa hujan menggenang di halaman; hadirkan gigil sepi pada suatu pagi; pd sebuah hati yang tersakiti
#
Seperti sungai yang tak henti mengalir, begitu pula diri kita mengikuti takdir
#
Matamu serupa kopi, hitam yang misteri adalah sesuatu yang ingin kuselami, tanpa henti
#
Serupa kopi di senja yang berhujan, begitu saja kenangan datang bertandang, dikala hati kesepian
#
Akan kucahayai gelap dihatimu dengan lilin cintaku, kekasih, biar hambar segala duka yang tergambar
#
Di bilik kenangan, sebatang lilin tlah padam; dan kini hanya ada senyap yang berkumandang. Lengang
#
Rumah kita, kekasih, tempat menyapih luka paling perih, sementara lilin kasih tetap bercahaya;tak pernah letih
#
Telah kuendapkan luka ini di tempat paling sepi, diterangi cahaya suram lilin mimpi dalam balutan kenangan yang kian pasi
Seperti dedaunan yang jatuh di taman, kenangan datang dalam percakapan yang diam di hadapan lilin yang telah padam
#
Kuminta jangan pergi, isakmu suatu pagi. Tapi mentari terlanjur merenggutku dari pucuk daun; karna aku lah embun
#
Karena hanya dengan larik puisi ini aku bisa memaknai pagi, mengarti sunyi, maka, biarkan sepi melagukan denting kerinduannya

#
Mungkin engkau telah menjelma angin pagi, menggoyang pucuk-pucuk daun turi; ah aku tak sempat mengemas mimpi
#
Selembar puisi terselip di antara rimbun pohon mahkota dewa, mungkin tadi langit mengirimkannya
#
Tak ada cerlang purnama kini, hanya sepi menyayat nyeri; di lengang savana aku memakamkan mimpi
#
Tentang seraut wajah malam, di mana letih begitu ingin pejam; hendak kutambatkan sepi ini pada anjungan mimpi
#
Di kaki lazuardi, mimpi punya jalannya sendiri; mungkin hendak ingkari sepi
#
Lautan memang selalu bergelombang; dan betapa aku ingin setabah karang, tak pukang meski badai mengguncang
di lengang malam yang entah, sebaris puisi mendentingkan suara tentang rindu yang gundah; ah betapa letih hati memangku mimpi yang patah
#
Tentang malam yang menghadirkan ribuan kunang-kunang, aku tersesat di lorong labirin kenangan, tak tahu jalan pulang
#
Aku bukan sesiapa, aku hanya sebongkah rasa yang ingin melangitkan doa agar harimu ceria
#
Aku pemuja rasa yang fakir kata; adamu yang nyata tlah cukup biaskan ceria, tak harus aku menulis cerita
#
Pagi menenun asa dalam bias rasa ceria, selincah burung-burung gereja yang bergelayut di dedahan rosela
#
Ceria kita, merangkai gurat-gurat kata ketika pagi menafaskan cinta di luas semesta--tak ada lagi luka
#
Rindu aku; kanak-kanak masa dulu, mengejar kupukupu.Memetik ceria dengan pagi di genggamannya
#
Butiran hujan, merajam kesendirian menjadi sepi yang paling menyakitkan
#
Sehelai kenangan kusam, tertambat di beranda sepi. Tersia dan nyaris mati
Di sayap malam, tiap helainya menyimpan sebaris puisi tentang rindu yang ingin kutuntaskan; denganmu
#
Malam membisu dalam dekap dadamu. Kucoba mencari hangat dalam pijar rindu yg kian riuh bertalu
#

0 komentar:

Posting Komentar